DEPOK - Para orang tua tentunya kini merasa resah mendengar maraknya mahasiswa ataupun pelajar yang hilang akibat cuci otak yang dilakukan kelompok Negara Islam Indonesia (NII).
Kementerian Agama (Kemenag) telah berupaya mencegah radikalisme agar tidak menyusup ke pendidikan. Kemenag kini aktif melakukan sosialisasi bahaya NII ke sekolah-sekolah.
Menteri Agama Suryadarma Ali mengatakan pihaknya harus mencermati lebih lanjut terkait kebenaran paham radikalisme yang sudah masuk ke sekolah. Namun Kemenag, kata dia, sudah melakukan penelitian soal radikalisme maupun aliran sesat yang membahayakan keamanan negara seperti NII.
"Rekrutmen NII, tidak tepat kalau kita menyebut lembaga pendidikan yang memproduksi mahasiswa hingga beraliran keras, misalnya ada Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kita tak bisa justifikasi kampus tersebut sebagai sarangnya, kami hanya sebatas warning dan sosialisasi," kata Suryadharma kepada wartawan Kamis (21/4/2011).
Suryadarma mengatakan pencegahan dilakukan agar lembaga pendidikan tidak terkontaminasi pemahaman yang sesat. Tak hanya itu, Suryadarma berharap, gencarnya pemberitaan menentang NII akan menyolidkan semua masyarakat, tokoh agama, orang tua dan generasi muda.
"Saya minta semua oran tua waspada, kami hanya sebatas itu supaya tidak kemasukan pemahaman itu," tegasnya.
Suryadarma juga menegaskan perbedaan paham dalam kurikulum agama islam di sekolah bisa saja terjadi asalkan tidak bersifat prinsip. Intinya Indonesia tidak mungkin berubah menjadi negara islam seperti yang diinginkan NII.
"Ada perbedaan dalam pelajaran misalnya jumlah rakaat solat tarawih, itu tidak masalah asal tidak menyangkut yang prinsip seperti nabi terakhir pasti nabi Muhammad SAW. Kalau ada yang menyimpang pasti sudah ditertibkan pihak keamanan," tandasnya.
Source: http://news.id.msn.com/